Sumedang - Surat
Al-Ashr menjelaskan bahwa saat Allah SWT telah bersumpah atas nama waktu,
celakalah bagi manusia yang menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan hal-hal
yang kurang bermanfaat. Kecuali orang yang memiliki keimanan, selalu menjalankan
amal soleh, dan saling berwasiat terhadap kebenaran dan kesabaran.
Al-Ashr artinya mengajarkan
setiap muslim untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Surat ini menjelaskan bahwa
jika seorang muslim tidak memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang berguna,
maka ia akan merugi. Sementara itu, jika kamu memanfaatkan waktu untuk hal-hal
yang berguna dan beribadah kepada Allah SWT, maka kamu akan mendapatkan berkah
yang luar biasa besar.
Al-Ashr Artinya
Waktu atau Masa
Al-Ashr artinya waktu atau
masa. Al-Ashr artinya setiap manusia merugi bila tidak memanfaatkan waktunya
untuk hal-hal yang bermanfaat dan beribadah kepada Allah SWT. Berikut lafal
dari surat Al-Ashr beserta artinya :
وَالْعَصْرِۙ – ١
Artinya: Demi masa
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ - ٢
Artinya: sungguh, manusia berada dalam kerugian
اِلَّا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ ࣖ - ٣
Artinya: kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Memahami Makna Surat Al-Ashr
Makna Surat Al-Ashr Ayat
Pertama
Al-Ashr artinya adalah waktu atau masa. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, ada
beberapa makna dari surat Al-Ashr menurut tafsir Jalalain.
Dimulai dari ayat pertama, “wal-'aṣr” di mana Allah SWT
bersumpah dengan menyebut masa. Masa sendiri memiliki makna yaitu waktu. Jika
Allah SWT bersumpah dengan makhluknya, maka menjadi suatu isyarat bagi
Rasulullah SAW dan orang beriman.
Dengan kata lain, Al-Ashr artinya pada ayat pertama adalah
supaya Rasulullah SAW dan orang beriman memberi perhatian lebih kepada waktu,
serta mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk hal terpuji sesuai ajaran
Islam. Hal ini karena waktu tidak akan berhenti maupun terulang meski sedetik
saja.
Makna Surat Al-Ashr Ayat Kedua
Al-Ashr ayat kedua yaitu “innal-insāna lafī khusr”. Masih
berdasar tafsir Jalalain, Al-Ashr artinya pada ayat kedua menjelaskan jika
banyak manusia dalam keadaan merugi. Hal ini karena banyak orang tidak bisa
memanfaatkan kesempatan hidup di dunia dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk
agama.
Tiap hari hanya sibuk menikmati dunia yang sejalan dengan hawa
nafsu, tidak menyadari jika dunia hanya sementara, dan yang kekal adalah
kehidupan di akhirat.
Makna Surat Al-Ashr Ayat Ketiga
Al-Ashr ayat ketiga yaitu “illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti
wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr”. Al-Ashr artinya pada ayat ketiga,
dijelaskan jika bagaimana cara agar tidak menjadi orang yang merugi. Terdapat
tiga syarat yang terkandung di dalam surat Al-Ashr, yaitu beriman dan beramal
saleh, saling menasihati mengenai kebenaran, serta saling menasihati mengenai
kesabaran.
Cara Menjadi Orang yang Tidak Merugi Berdasarkan Surat Al-Ashr
Al-Ashr artinya memberikan pelajaran bahwa kamu harus
memanfaatkan waktu di dunia sebaik-baiknya untuk beribadah. Berikut orang-orang
yang tidak merugi seperti yang tercantum dalam surat
Al-Ashr:
1. Orang yang beriman serta beramal sholeh
Makna dari beriman yaitu meyakini jika manusia hidup di dunia
karena kehendak Allah SWT. Sudah sewajarnya seorang manusia tunduk pada Allah
SWT yang mencipta, yang memberi rezeki, serta memelihara manusia hingga tiba
kematian. Apabila sudah memiliki keimanan, seorang manusia wajib mengamalkannya
dengan perbuatan, seperti melakukan amal kebaikan yang sesuai dengan ajaran
Islam. Iman dan amal sholeh tidak dapat dipisahkan, karena iman tanpa amal
sholeh tidak cukup, begitu juga sebaliknya, di mana amal tanpa iman, tidak
memiliki arti di hadapan Allah SWT.
2. Orang yang saling memberi nasihat
Agar tidak menjadi orang merugi, kamu perlu ikhlas untuk memberi
dan menerima sebuah nasihat yang benar sesuai tuntunan agama. Dikarenakan
manusia memiliki beragam kekurangan dan kesalahan. Cuma orang sombong yang
tidak mau mengakui kekurangan serta kesalahan.
3. Orang yang sabar
Lalu, cara agar tidak jadi orang yang merugi dengan menjadi sabar. Sabar memang mudah diucapkan
tapi sulit dilakukan. Tidak mudah untuk sabar, karena sabar butuh waktu dan
harus melatih diri agar membiasakan sifat sabar tersebut. Sabar penting
dilakukan, karena masalah hidup bisa saja mengintai dan mungkin saja persoalan
tersebut sulit untuk dipecahkan dan diselesaikan hanya dengan akal maupun
pikiran.
Tafsir Kemenag
Dalam ayat ini, Allah bersumpah
dengan masa (waktu) yang
terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti
atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang
sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri,
seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur
manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah.
Dalam ayat lain (Fussilat : 37), Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ
وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ
الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Artinya : "Dan
sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan
bulan." (Fussilat/41: 37)
Apa yang dialami manusia dalam
masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan
duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada
pencipta dan pengaturnya. Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya
kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat.
Adapun orang-orang kafir
menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya kepada suatu masa saja,
sehingga mereka beranggapan bahwa bila ditimpa oleh sesuatu bencana, hal itu
hanya kemauan alam saja. Allah menjelaskan bahwa masa (waktu) adalah salah satu
makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan, dan
kebaikan. Bila seseorang ditimpa musibah, hal itu merupakan akibat tindakannya.
Masa (waktu) tidak campur tangan dengan terjadinya musibah itu.
Dalam ayat kedua, Allah
mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan
berada dalam kerugian bila tidak menggunakan waktu dengan baik atau dipakai
untuk melakukan keburukan. Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan
yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Dosa seseorang terhadap Tuhannya
yang memberi nikmat tidak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tidak
ada bandingannya sehingga merugikan dirinya.
Dalam ayat ketiga, Allah
menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman
kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkan-Nya, berbuat
baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.
Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.
Sumber :
0 comments:
Posting Komentar