KANDUNGAN QS. AL-ASHR : 1 - 3

Sumedang - Surat Al-Ashr menjelaskan bahwa saat Allah SWT telah bersumpah atas nama waktu, celakalah bagi manusia yang menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat. Kecuali orang yang memiliki keimanan, selalu menjalankan amal soleh, dan saling berwasiat terhadap kebenaran dan kesabaran.

Al-Ashr artinya mengajarkan setiap muslim untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Surat ini menjelaskan bahwa jika seorang muslim tidak memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang berguna, maka ia akan merugi. Sementara itu, jika kamu memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang berguna dan beribadah kepada Allah SWT, maka kamu akan mendapatkan berkah yang luar biasa besar.

Al-Ashr Artinya Waktu atau Masa

Al-Ashr artinya waktu atau masa. Al-Ashr artinya setiap manusia merugi bila tidak memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat dan beribadah kepada Allah SWT. Berikut lafal dari surat Al-Ashr beserta artinya :

وَالْعَصْرِۙ – ١

Artinya: Demi masa

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ - ٢

Artinya: sungguh, manusia berada dalam kerugian

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ - ٣

Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

 

Memahami Makna Surat Al-Ashr

Makna Surat Al-Ashr Ayat Pertama

Al-Ashr artinya adalah waktu atau masa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, ada beberapa makna dari surat Al-Ashr menurut tafsir Jalalain.

Dimulai dari ayat pertama, “wal-'aṣr” di mana Allah SWT bersumpah dengan menyebut masa. Masa sendiri memiliki makna yaitu waktu. Jika Allah SWT bersumpah dengan makhluknya, maka menjadi suatu isyarat bagi Rasulullah SAW dan orang beriman.

Dengan kata lain, Al-Ashr artinya pada ayat pertama adalah supaya Rasulullah SAW dan orang beriman memberi perhatian lebih kepada waktu, serta mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk hal terpuji sesuai ajaran Islam. Hal ini karena waktu tidak akan berhenti maupun terulang meski sedetik saja.

Makna Surat Al-Ashr Ayat Kedua

Al-Ashr ayat kedua yaitu “innal-insāna lafī khusr”. Masih berdasar tafsir Jalalain, Al-Ashr artinya pada ayat kedua menjelaskan jika banyak manusia dalam keadaan merugi. Hal ini karena banyak orang tidak bisa memanfaatkan kesempatan hidup di dunia dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk agama.

Tiap hari hanya sibuk menikmati dunia yang sejalan dengan hawa nafsu, tidak menyadari jika dunia hanya sementara, dan yang kekal adalah kehidupan di akhirat.

Makna Surat Al-Ashr Ayat Ketiga

Al-Ashr ayat ketiga yaitu “illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr”. Al-Ashr artinya pada ayat ketiga, dijelaskan jika bagaimana cara agar tidak menjadi orang yang merugi. Terdapat tiga syarat yang terkandung di dalam surat Al-Ashr, yaitu beriman dan beramal saleh, saling menasihati mengenai kebenaran, serta saling menasihati mengenai kesabaran.

Cara Menjadi Orang yang Tidak Merugi Berdasarkan Surat Al-Ashr

Al-Ashr artinya memberikan pelajaran bahwa kamu harus memanfaatkan waktu di dunia sebaik-baiknya untuk beribadah. Berikut orang-orang yang tidak merugi seperti yang tercantum dalam surat Al-Ashr:

1. Orang yang beriman serta beramal sholeh

Makna dari beriman yaitu meyakini jika manusia hidup di dunia karena kehendak Allah SWT. Sudah sewajarnya seorang manusia tunduk pada Allah SWT yang mencipta, yang memberi rezeki, serta memelihara manusia hingga tiba kematian. Apabila sudah memiliki keimanan, seorang manusia wajib mengamalkannya dengan perbuatan, seperti melakukan amal kebaikan yang sesuai dengan ajaran Islam. Iman dan amal sholeh tidak dapat dipisahkan, karena iman tanpa amal sholeh tidak cukup, begitu juga sebaliknya, di mana amal tanpa iman, tidak memiliki arti di hadapan Allah SWT.

2. Orang yang saling memberi nasihat

Agar tidak menjadi orang merugi, kamu perlu ikhlas untuk memberi dan menerima sebuah nasihat yang benar sesuai tuntunan agama. Dikarenakan manusia memiliki beragam kekurangan dan kesalahan. Cuma orang sombong yang tidak mau mengakui kekurangan serta kesalahan.

3. Orang yang sabar

Lalu, cara agar tidak jadi orang yang merugi dengan menjadi sabar. Sabar memang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Tidak mudah untuk sabar, karena sabar butuh waktu dan harus melatih diri agar membiasakan sifat sabar tersebut. Sabar penting dilakukan, karena masalah hidup bisa saja mengintai dan mungkin saja persoalan tersebut sulit untuk dipecahkan dan diselesaikan hanya dengan akal maupun pikiran.

Tafsir Kemenag

Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan masa (waktu) yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah.

Dalam ayat lain (Fussilat : 37), Allah berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Artinya : "Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan." (Fussilat/41: 37)

Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya. Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat.

Adapun orang-orang kafir menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya kepada suatu masa saja, sehingga mereka beranggapan bahwa bila ditimpa oleh sesuatu bencana, hal itu hanya kemauan alam saja. Allah menjelaskan bahwa masa (waktu) adalah salah satu makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan, dan kebaikan. Bila seseorang ditimpa musibah, hal itu merupakan akibat tindakannya. Masa (waktu) tidak campur tangan dengan terjadinya musibah itu.

Dalam ayat kedua, Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian bila tidak menggunakan waktu dengan baik atau dipakai untuk melakukan keburukan. Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tidak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tidak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya.

Dalam ayat ketiga, Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkan-Nya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.

Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.

Sumber : 

0 comments:

Posting Komentar