Khutbah Jumat Akhir Tahun 2023
Disampaikan Oleh : Royo Eko Wardoyo, S.Pd
Di
Masjid Jami’ Al-Mu’minun
Khutbah I
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ
أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّٰهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ
التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى
فَقَالَ
اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Pertama-tama, marilah kita ucapkan syukur Alhamdulillah, karena pada
hari ini, kita masih bisa terus merasakan nikmat yang dianugerahkan Allah swt kepada
kita semua. Di antaranya adalah nikmat iman, islam dan hidayah Allah SWT
sehingga kita bisa tetap istiqomah menjalankan tugas utama kita hidup di dunia
yakni beribadah kepada Allah, sebagaimana yang dipermaklumkan oleh Allah SWT
dalam surat Adz Dzariyat, 56 :
وَمَا
خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
“Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Q.S. Adz-dzariyat : 56
Kedua, Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para
sahabatnya dan mudah-mudahan kita mendapatkan syafa’at beliau di Yaumul Akhir nanti. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Ketiga, Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat
kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa
berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala, kapan pun dan di
mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang
bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala
larangan Allah ta'ala.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Memang kehidupan kita di
dunia ini seperti melewati sebuah jalan dengan lintasan penuh dengan dinamika
dan tantangan. Medan terjal yang harus terus kita daki, hingga medan menurun
dan mendatar, tak boleh membuat kita terlena. Perjalanan kita menyisakan masa
lalu sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan, dan masa yang akan datang
sebagai harapan. Sehingga kita butuh rambu-rambu agar kita senantiasa lancar
dan selamat sampai ke tujuan dan ketakwaan lah rambu-rambu yang mampu memandu
kita berada pada jalan yang benar dan bekal yang paling baik dalam perjalanan.
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ
وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Artinya : “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.
Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam sebuah perjalanan
panjang, kita haruslah menyempatkan diri berhenti istirahat untuk mengumpulkan
kembali semangat dan tenaga guna melanjutkan perjalanan. Begitu juga dalam
kehidupan di dunia, kita mesti harus menyediakan waktu untuk melakukan
introspeksi, evaluasi, menghitung, sekaligus kontemplasi yang dalam bahasa Arab
disebut dengan muhasabah. Pentingnya
muhasabah ini, Sayyidina Umar bin
Khattab pernah bertutur:
حَاسِبُوا
أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ
وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ
فِى الدُّنْيَا
Artinya : “Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias
dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya
hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu
menghisab dirinya saat hidup di dunia.”
Dalam sebuah hadits
riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah
bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ
نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ
هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya : “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi)
dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan
orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta ber-angan-angan
terhadap Allah SWT.”
Sementara dalam Al-Qur’an Allah juga telah mengingatkan pentingnya melakukan
introspeksi diri dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu
untuk mengahadapi masa depan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr
ayat 18:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Dari perintah Allah dan
Rasul serta nasihat dari para sahabat, kita bisa mengambil beberapa catatan
penting tentang manfaat dari introspeksi diri ini. Setidaknya, ada 5 manfaat yang bisa kita rasakan dari upaya melakukan ‘charging’ (mengecas) semangat hidup melalui
introspeksi diri ini.
Pertama, sebagai
wahana mengoreksi diri.
Dengan introspeksi diri,
kita akan mampu melihat kembali perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah
yang paling dominan dari perjalanan selama ini. Apakah kebaikan atau keburukan,
apakah manfaat atau mudharat, atau apakah semakin mendekat atau malah menjauh
dari Allah SWT. Kita harus menyadari bahwa semua yang kita lakukan ini harus
dipertanggungjawabkan di sisi Allah. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ
عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا
كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya : “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan” (Q.S. Yasin: 65)
Kedua, upaya
memperbaiki diri.
Dengan introspeksi diri,
kita akan mampu melihat kelebihan dan kekurangan diri yang kemudian harus
diperbaiki di masa yang akan datang. Dengan memperbaiki diri, maka kualitas
kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati juga akan senantiasa penuh dengan
manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain.
Ketiga, momentum mawas diri.
Diibaratkan ketika kita
pernah memiliki pengalaman melewati jalan yang penuh lika-liku, maka kita bisa
lebih berhati-hati ketika akan melewatinya lagi. Mawas diri akan mampu
menyelamatkan kita dari terjerumus ke jurang yang dalam sepanjang jalan.
Allah berfirman:
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ
وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْاۚ فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا
اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
Artinya : “Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta
berhati-hatilah! Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul
Kami hanyalah menyampaikan (ajaran Allah) dengan jelas.”
Keempat, memperkuat komitmen diri.
Setiap orang pasti
memiliki kesalahan. Oleh karenanya, introspeksi diri menjadi waktu untuk
memperbaiki diri dan berkomitmen untuk tidak mengulangi kembali kesalahan yang
telah dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di lubang yang sama. Buang masa
lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari yang akan datang.
Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ
خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ
فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artimya : “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia
(tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari
kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih
buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR
Al-Hakim).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kelima, sebagai sarana meningkatkan rasa
syukur dan tahu diri.
Kita harus sadar
sesadar-sadarnya bahwa keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak
bisa lepas dari nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Oleh karenanya,
introspeksi diri akan membawa kita mengingat nikmat yang tak bisa dihitung satu
persatu. Jangan sampai kita menjagi golongan orang-orang yang tak tahu diri dan
kufur kepada nikmat Allah.
Allah mengingatkan
kita dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Dari uraian ini, mari
kita senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat. Terlebih saat ini kita
berada di penghujung tahun 2023 dan akan memasuki tahun baru 2024 yang menjadi waktu ideal untuk melakukan
introspeksi diri. Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk yang terbaik dari
Allah dan mampu melihat perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan
datang. Amiin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ
وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا
إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ