Romeu (jersey merah) (Getty Images/Michael Steele)
Tugu Binokasih Sumedang adalah sebuah monumen selamat datang ke Kota Sumedang dari arah Bandung.
Ini merupakan daerah Taman Endog bagian Jembatan Pasifik
Penampakan bagian atap Masjid Agung Sumedang.
Ini adalah penampakan bagian Bendungan Jatigede Sumedang.
Salah satu bagian dari Jatinangor Park Nasional Sumedang.
Romeu (jersey merah) (Getty Images/Michael Steele)
SUMEDANG - Telah terjadi pembacokan di wilayah Jatinangor Kabupaten Sumedang pada Selasa (18/7/2023) malam. Yayan (56), seorang sopir truk pengangkut barang, harus dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Keluarga, Cipacing, Jatinangor, Sumedang, setelah dibacok oleh seorang pria. Kapolsek Jatinangor AKP Dadang Sudiantoro membenarkan peristiwa tersebut dan mengatakan bahwa peristiwa pembacokan ini terjadi di RW 02 Cibeusi, Jatinangor, Sumedang.
Seperti dilansir dari TribunJabar.id, pelaku pembacokan adalah Andri Bahari (22), warga Dusun Sadang RT 02/06, Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Sumedang. "Kejadiannya pukul 18.30 tadi malam, Korban mendapat luka bacok di pipi," kata Kapolsek kepada TribunJabar.id, Rabu (19/7/2023).
Korban adalah warga Kampung Salamkuning RT 03/01 Desa Cisempur, Jatinangor, Sumedang. Saat melakukan aksinya, pelaku sedang mabuk. Polisi mengatakan, pelaku mabuk karena mengonsumsi pil-pil terlarang.
"Korban sedang mengendarai truk dan secara tiba-tiba pelaku membacoknya, tidak ada masalah sebelumnya antara pelaku dan korban. Korban juga membacok menggunakan golok, meski goloknya sempat dilemparkan untuk menghilangkan barang bukti," kata Kapolsek.
Setelah melukai Yayan sopir truk tersebut, pelaku melakukan perusakan terhadap mobil pengendara lain tidak jauh dari lokasi kejadian pertama. "Pelaku sudah kami tahan," kata Kapolsek.
Tahap persiapan dari asesmen diagnostik non-kognitif ini ialah sebagai berikut.
- Siapkanlah instrumen asesmen yang meliputi gambar atau emoji yang bisa mendukung suasana hati seseorang.
- Buatlah tabel pertanyaan atau sejenis kuisioner yang dihubungkan dengan gambar atau emoji di poin sebelumnya. Contoh pertanyaan dari asesmen diagnostik non-kognitif ini ialah seperti “Bagaimana perasaanmu saat ini?”, “Apa kamu merasa nyaman saat belajar di kelas?”, “Apa yang kamu lakukan setelah pulang sekolah?", dan lain sebagainya.
Pada tahap ini, siswa harus mengisi instrumen asesmen yang telah guru buat. Pengisian instrumen tersebut harus dilakukan secara jujur tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Supaya pengisian instrumen dapat berjalan sesuai dengan harapan, Anda dapat memberikan waktu bagi siswa untuk berpikir.
Pada tahap ini, guru harus dapat menganalisis kondisi psikologi dan emosional siswa melalui hasil asesmen. Kemudian, guru dapat melakukan pendekatan dan melibatkan orang tua jika memang itu diperlukan.
WONOGIRI - Kahyangan, nama itu tak lagi asing bagi warga Solo Raya. Terutama bagi warga yang tengah laku spiritual. Pasalnya, lokasi yang ada di wilayah Kabupaten Wonogiri ini, tepatnya di Desa Dlepih Kecamatan Tirotomoyo atau berjarak 50 KM dari pusat kota Wonogiri, tak lepas dari kisah Danang Sutowijaya (kelak bergelar Panembahan Senopati, pendiri kerajaan Mataram) bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah. Yang kala itu sedang berupaya mencari wahyu raja yang saat itu masih berada di tangan sang ayah bernama Ki Ageng Pemanahan.
Untuk menuju ke Kahyangan, sebenarnya tidaklah sulit. Sebab, akses jalan menuju lokasi sangatlah mulus. Terik matahari begitu menyengat saat tiba di Desa Dlepih. Khayangan sendiri terletak di kawasan pegunungan Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri yang dikelilingi hutan hijau, lembah jurang yang sangat curam serta air terjun alami yang mengalir di sela bebatuan pegunungan. Sehingga, untuk menuju ke lokasi itu, harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Selo Bethek, Salah satu petilasan di Kahyangan.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan darat dari kota Wonogiri, maka sampailah ke wilayah Kahyangan Desa Dlepih tersebut. Perlu diketahui bahwa Kahyangan merupakan tempat sakral yang sering dipakai untuk ngalap berkah. Maka tidak heran apabila pada hari-hari tertentu (malem Selasa Kliwon, Jum'at Kliwon dan malem 1 Syuro) sering didatangi oleh banyak orang baik dari wilayah Tirtomoyo - Wonogiri maupun orang dari luar daerah tersebut semata-mata untuk mencari peruntungan berkah. Bahkan para pejabat pun banyak yang datang untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk meningkatkan kariernya dalam pekerjaan dan jabatannya, tak terkecuali Wakil Presiden Try Sutrisno pada waktu itu (tahun 90-an) juga datang ke Kahyangan tersebut.
Kahyangan, merupakan tempat yang masih ada kaitannya dengan Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul, mempunyai pantangan pengunjung tidak diperkenankan memakai baju berwarna hijau. Sehingga, ketika kita datang ke Kahyangan ada salah satu warga bertanya kepada kita. "Mas, boten mbeto klambi hijau kan? (mas, tidak membawa baju warna hijau kan?)," tanya warga Dlepih yang mengaku bernama Sarif.
Mendengar pertanyaan itu kita pun balik bertanya, "Memangnya kenapa pak kalau bawa baju warna hijau?"
"Itu pantangannya mas. Kalau mau ke sana tidak boleh pakai warna hijau. Biarpun pakaian itu ditaruh di dalam tas. Kalau dilanggar, anda sendiri yang akan celaka," jawab Sarif.
"Oh begitu ya pak, terima kasih atas informasinya," jelas kita.
Setelah itu, kami pun meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.
Nama Kahyangan tak lepas dari Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Kala itu, Panembahan Senopati yang masih bernama Danang Sutowijoto berhasil membunuh Haryo penangsang.
Atas jasanya menang melawan Haryo Panangsang, akhirnya Danang Sutowijoyo mendapatkan hadiah dari Sultan Pajang kala itu yakni Sultan Hadiwijaya berupa tanah perdikan di Mentaok (Kotagede).
Saat itu Ki Ageng Pemanahan (ayah Panembahan Senopati) menjabat sebagai penguasa di tanah Mentaok masih di bawah kekuasaaan Sultan Pajang, yakni Hadiwijaya. Meski begitu Danang Sutowijoyo tetap bersikukuh menuju hutan Kahyangan menjalani laku bertapa mencari kebenaran wahyu keprabon. Hingga dalam perjalanannya,sampailah di sebuah desa terpencil (Dlepih) arah Tenggara kota Wonogiri.
Di lokasi inilah, masyarakat sekitar mempercayai bila Panembahan Senopati, sebelum mendirikan tahta dinasti Mataram Islam di tanah Jawa, bertemu dengan penguasa Laut Kidul, Kanjeng Ratu Kidul. Dilokasi yang kini diberi nama Kahyangan itulah, Panembahan Senopati akhirnya mendapatkan wahyu keprabon untuk mendirikan kerajaan Mataram Islam di tlatah (tanah) Jawa.
Selain itu, saat Danang Sutowijoyo bertemu dengan penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul itulah terjadi 'perjanjian gaib' antara keduanya. Dimana dalam perjanjian gaib itu ditegaskan semua raja Mataram di tanah Jawa, harus menjadi suami Kanjeng Ratu Kidul.
Mitos tersebut hingga saat ini masih dipercaya khususnya oleh masyarakat di Jawa. Disakralkan, tempat ini kerap dimanfaatkan orang untuk meditasi dan ngalab berkah pada malam Selasa Kliwon juga Jumat Kliwon. Terlebih di malam menjelang pergantian tahun Jawa (bulan Suro). Banyak pendatang dari luar daerah, terutama dari daerah Yogyakarta dan Surakarta, bertirakatan di sana. Termasuk menjelang pencalegan inipun banyak warga masyarakat yang ingin duduk di kursi Wakil Rakyat pun berbondong-bondong datang ke lokasi tersebut.
Hutan Kahyangan Dlepih dikeramatkan karena pernah digunakan sebagai tempat bertapa bagi Sunan Kalijaga (salah satu Wali Songo), Raden Danang sutawijaya (putra angkat Sri sultan Hadiwijaya di Pajang), Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Hanyokrokusumo), Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I).
Kahyangan Tempat Wisata Alam Mistis
Wisata alam Kahyangan sendiri selama ini memang dikenal sebagai tempat wisata alam yang mistis. Berjarak 50 kilometer dari pusat kota Wonogiri, bumi Kahyangan bisa ditempuh dengan waktu hampir 1,5 jam, warga sekitar lokasi menyebutnya sebagai Bumi Kahyangan.
Dilansir dari laman Pemkab Wonogiri, dari sekian banyak wisata alam di Wonogiri, Bumi Kahyangan menyimpan sejuta misteri. Sejak awal masuk lokasi, bau dupa menusuk hidung. Hal ini langsung membuat nuansa mistik yang begitu kental meyelimuti kawasan tersebut. Kahyangan sendiri memiliki enam tempat yang biasa dikenal sebagai Sela Gapit atau Sela Penangkep, Sela Payung, Sela Betek, Sela Gilang atau Sela Pesalatan, Sela Gawok dan Pemandian Kahyangan.
Nah, kawasan ini merupakan pertemuan dua arus sungai yang dikenal dengan nama Kedung. Konon katanya setiap bagian dari Kahyangan memiliki ceritanya masing-masing. Bahkan sering kali, tempat-tempat ini kerap dijadikan ritual ngalap berkah. Baik dari kalangan artis, pejabat, maupun orang biasa sering mandi dikedung ini.
Ritual Rutin Malem 1 Syuro
Setiap menjelang malam pergantian tahun Islam atau 1 Muharam, tempat ini dipadati pengunjung yang berniat mengadakan ritual atau hanya sekedar piknik saja. Tak hanya warga masyarakat Wonogiri saja, namun juga dari luar, seperti DI Jogjakarta, Solo, Pacitan dan Karanganyar.
Pemerintah setempat pun sudah mengemas even 1 Muharam dengan Sedekah Bumi Kahyangan. Dari upacara ritual arak-arakan sesajen, hingga hiburan wayang kulit semalam suntuk.
Nah, dari sekian tempat yang ditawarkan Bumi Kahyangan ada satu tempat yang unik yakni Sela Payung. Sesuai dengan namanya, batu seperti Payung ini sering dijadikan tempat bertapa atau meditasi dan juga tempat ritual. Konon, tempat ini diyakini sebagai tempat bertapanya Panembahan Senopati.
Dua sungai di Kahyangan (Tempuran)
Sementara, di atas Kedung terdapat batu besar yang membentang ke arah kiblat yang dikenal dengan nama Sela Gilang atau pesalatan. Tempat ini dikenal sebagai tempat sembahyangnya Panembahan Senopati.
Diyakini masyarakat Jawa, tepat di atas Batu Gilang itu, Panembahan Senopati bertemu dengan penguasa Laut Selatan mengadakan perjanjian. Yakni untuk membangun Pulau Jawa untuk lebih tentram dan makmur.
SUMEDANG -- Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan menyambut Tahun Baru Islam 1445 Hijriah. Tahun baru Islam ditandai dengan masuknya bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Hijriah. Tahun Baru Islam diperingati setiap tanggal 1 Muharram. Adapun 1 Muharram 1445 H dalam kalender Masehi 2023 besar kemungkinan akan jatuh pada Rabu 19 Juli 2023. Itu artinya, hanya tersisa 1 hari lagi menuju pergantian tahun baru Islam 1445 H.
Tahun Baru Hijriah menjadi hari yang penting bagi umat Islam. Ini karena Tahun Hijriah menjadi penanda sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu penghijrahan Nabi Muhammad SAW, dari Kota Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Selain peringatan hijrah, Tahun Baru Islam juga dirayakan untuk menandai pergantian tahun Hijriah dalam tradisi umat Islam. Umat Islam akan menyambut tahun baru 1 Muharam 1445 Hijriyah yang berdasarkan penanggalan masehi jatuh pada Rabu 19 Juli 2023.
Para ulama mengingatkan dalam pergantian tahun baru hijriyah untuk memperbanyak berdzikir dan membaca doa kepada Allah SWT. Disarankan bagi umat Islam agar memanjatkan doa awal tahun 1445 H. Dengan harapan agar Allah SWT melimpahkan rahmat, perlindungan, keselamatan, kesehatan, rezeki dan husnul khatimah. Berikut doa awal tahun:
Doa Awal Tahun :
Dikutip dari Imam Suyuthi dalam Kitab Jami Al Kabir :
اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
Allahumma antal abdiyul qodiymul awaalu wa 'ala fadhlikal 'adzimi wakarimi Judikal mu'awaal, wa hadzal 'aamun jadiydun qod aqbala. Asalukal 'ismata fiyhi minas saythooni wa awliyaaih. Wal 'auna 'ala hadzihin nafsil ammaroti bissuui, wal isytighooli bimaa yuqrobuniy ilaika zulfaa yaa dzaljalaali wal ikhroomi
Artinya: "Tuhanku, Kau Yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan".
SUMEDANG - Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan mengimbau masyarakat untuk tidak menggalang dana untuk acara-acara memeriahkan hari kemerdekaan RI secara sembarangan. Apalagi penggalangan Agustusan tersebut dilakukan di jalanan protokol yang akibat aktivitas itu dapat mengganggu arus lalu lintas. "Ya, saya menghimbau jangan sampai kegiatan penggalangan dana Agustusan tersebut mengganggu arus lalu lintas dan memaksa kepada masyarakat, Agustusan itu dilaksanakan di semua daerah jadi jangan meminta-minta sumbangan kepada orang lain (bukan penduduk di sekitar tempatnya) dengan cara meminta di jalan raya," kata Erwan, Minggu (16/7/2023).
Dia menyarankan penggalangan dana dilakukan kepada masyarakat setempat di mana acara dilaksanakan, tidak kepada masyarakat yng lebih luas sebagai pengguna jalan. "Maksimalkan dahulu di masyarakat setempat. Jangan belum apa-apa sudah (galang dana) di jalanan," katanya.
Erwan mengatakan menggalang dana di jalanan selain mengganggu lalu lintas, juga dapat membahayakan orang-orang yang menggalang dana itu sendiri. "Juga menjadi citra buruk ya di jalanan seperti itu. Dapat mengancam keselamatan baik keselamatan pengguna jalan maupun keselamatan bagi para orang-orang pencari dana tersebut," katanya.
Dia mengatakan pihaknya telah mengantisipasi dengan aturan yang ada. Di antaranya peraturan daerah tentang ketertiban. "Supaya jangan seenaknya menggalang dana," katanya.