Tugu Binokasih Sumedang

Tugu Binokasih Sumedang adalah sebuah monumen selamat datang ke Kota Sumedang dari arah Bandung.

Daerah lingkungan Monumen Tugu Taman Endog

Ini merupakan daerah Taman Endog bagian Jembatan Pasifik

Masjid Agung Sumedang

Penampakan bagian atap Masjid Agung Sumedang.

Bendungan Jatigede Sumedang

Ini adalah penampakan bagian Bendungan Jatigede Sumedang.

Jans Park Sumedang

Salah satu bagian dari Jatinangor Park Nasional Sumedang.

KHUTBAH JUM'AT MENJELANG IDUL FITRI

Khutbah pertama,

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ وَفَّقَ بِرَحْمَتِهِ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ، فَعَرَفُوْا أَقْدَارَ مَوَاسِمِ الْخَيْرَاتِ، وَعَمَرُوْهَا بِالْإِكْثَارِ مِنَ الطَّاعَاتِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ بِحِكْمَتِهِ، فَعُمِيَتْ مِنْهُمْ القُلُوْبُ وَالْبَصَائِرُ، وَفَرَطُوْا فِي تِلْكَ المَوَاسِمِ، فَبَاءُوْا بِالْخَسَائِرِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اَلْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ اَلْقَاهَّرُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَقْوَمَ النَّاسِ بِطَاعَةِ رَبِّهِ فِي البَوَاطِنِ وَالظَّوَاهِرِ، فَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. أما بعد: أيها الناس، اتقُوا اللهَ حَقَّ تُقاتِهِ ولا تـَمُوتُنَّ الا وانتُمْ مُسلمُون، واعلموا انهُ قد قطعتُم الأكثرُ من شهرِ الصيامِ ولم يبقَ منهُ إلا اليسيرُ من الليالي والأيام، فمن كانَ منكم قام بحقه فليُتِمَّ ذلكَ وليحمد اللهَ وليسألْهُ القبولَ، ومن كان منكم قد فرط فيه وأساء فليتُب إلى الله فهو أرحم الراحمين، قال الله تعالى: قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Marilah kita selalu meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah dengan yang sebenar-benarnya. Karena hanya inilah satu-stunya cara agar kita menjadi orang yang beruntung dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Hari ini, kita berada di penghujung bulan ramadhan, kita berada di 10 hari terakhir bulan ramadhan, sebentar lagi kita akan meninggalkan bulan mulia ini dan merayakan hari raya idul fitri. Mayoritas di antara kita mungkin sangat senang dengan berakhirnya bulan ramadhan, karena puasa telah lewat, kita tidak lagi merasakan lapar di siang hari, hari-hari kembali normal sebagaimana biasanya. Namun demikian, bila dipandang dari sudut agama sebenarnya kesenangan kita ditinggalkan bulan ramadhan itu membuktikan betapa rendah dan lemahnya iman kita, karena dengan berakhirnya bulan ramadhan justru kita sudah tidak bisa mendapatkan pahala yang besar sebagaimana yang bisa kita dapatkan di bulan ramadhan. Dalam sebuah hadis nabi bersabda: إذَا كَانَ اَخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ وَالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةً لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قِيْلَ اَيُّ مُصِيْبَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هِيَ ذَهَابُ رَمَضَانَ لِاَنَّ الدَّعْوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ وَالصَّدَاقَةَ مَقْبُوْلَةٌ وَالْحَسَنَاتِ مُضَاعَفَةٌ، وَاْلعَذَابَ مَدْفُوْعٌ . “Ketika tiba akhir malam Ramadlan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat nabi Muhammad SAW. (Sahabat) bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadlan, sebab pada bulan ini do’a dikabulkan dan shadaqah diterima. Kebaikan dilipatgandakan dan siksa dihentikan”. Para sahabat dan orang-orang yang shalih sungguh merasa sedih dan menangis bila ditinggalkan bulan ramadhan, hal ini paling tidak disebabkan 2 alasan, yaitu: Pertama, Kesadaran mereka bahwa dengan perginya bulan ramadhan, pergi pula berbagai keutamaan yang ada di dalamnya. Bulan Ramadhan bulan yang paling berkah, yang mana pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Bukankah hanya di bulan suci ini syetan dibelenggu? Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ (رواه أحمد) Artinya : "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta para syetan dibelenggu... (HR. Ahmad) Di bulan Ramadhan amal sunnah diganjar pahala amal wajib, seluruh pahala kebajikan dilipatgandakan hingga tiada batasan. Semua keutamaan itu takkan bisa ditemui lagi jika bulan ramadhan telah pergi. Ia hanya akan datang pada bulan ramadhan setahun lagi. Padahal tiada yang dapat memastikan apakah seseorang masih hidup dan sehat pada bulan ramadhan yang akan datang. Inilah alasan mengapa para sahabat dan orang-orang shalih bersedih, bahkan menangis mendapati ramadhan akan pergi. Kedua, adanya peringatan dari Rasulullah SAW bahwa semestinya bulan ramadhan menjadikan seseorang diampuni dosanya. Jika seseorang sudah mendapati bulan ramadhan, maka ia sebulan bersama dengan peluang besar yang penuh keutamaan, namun jika ia masih saja belum mendapatkan ampunan, maka ia benar-benar menjadi orang yang sangat rugi, bahkan celaka. Rasulullah SAW bersabda: بَعُدَ مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ "Celakalah seseorang yang memasuki bulan ramadhan namun dia tidak diampuni (HR. Hakim dan Thabrani) Para sahabat dan orang-orang shalih merasa bahwa diri mereka tidak bisa menjamin akan mendapatkan ampunan itu, sementara jika mereka tidak dapat ampunan, mereka tentu akan celaka. Inilah yang kemudian menyentuh rasa khauf para sahabat dan orang-orang yang shalih. Mereka takut menjadi orang yang celaka karena tidak mendapatkan ampunan, sementara bulan ramadhan akan segera pergi. Mereka pun menangis, meluapkan ketakutannya kepada Allah seraya bermunajat agar amal-amalnya diterima, mereka selalu melantunkan do’a رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَمَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتِلَاوَتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ Artinya : "Wahai Tuhan kami... terimalah puasa kami, shalat kami, ruku' kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui Kaum muslimin rahimakumullah, Para sahabat dan orang-orang shalih bukan hanya berdoa di akhir bulan ramadhan. Bahkan, rasa khauf membuat mereka berdoa selama enam bulan agar amal-amal di bulan ramadhan mereka diterima Allah SWT. Lalu enam bulan setelahnya mereka juga berdoa agar dipertemukan dengan bulan ramadhan berikutnya. Apa yang dilakukan oleh para sahabat dan orang-orang shalih ini tentu berbeda jauh dengan apa yang kita lakukan saat ini, untuk itu patutlah kita mawas diri apakah hingga akhir ramadhan ini kita sudah mendapatkan ampunan atau justeru kita menjadi orang celaka? Rasulullah SAW dalam beberapa hadisnya memberikan teladan bagi kita, apa yang seharusnya kita lakukan jika kita berada pada 10 hari terakhir bulan ramadhan. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwasanya ‘Aisyah berkata: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم (إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله) متفق عليه وفي رواية مسلم: (كان يجتهد في العشر الأواخر ما لا يجتهد في غيره). “Jika masuk 10 hari akhir bulan ramadhan Rasulullah SAW mengencangkan ikat sarungnya, beliau menghidupkan malamnya dan membangunkan isterinya. Dan dalam riwayat imam Muslim: “Rasulullah SAW bersungguh-sungguh (dalam melakukan ibadah) pada 10 hari akhir bulan ramadhan dibandingkan hari-hari selainnya” Hadis di atas menunjukkan bahwa ada 3 hal yang dilakukan Rasulullah SAW ketika memasuki 10 hari terakhir bulan ramadhan, yaitu: 1. Mengencangkan ikat sarung, Sebagian ulama’ mengatakan bahwa arti “mengencangkan ikat sarung” adalah beliau lebih keras dalam melakukan ibadah, sementara sebagian ulama’ mengartikan bahwa beliau menjauhi isterinya dan menfokuskan untuk beribadah kepada Allah. 2. Menghidupkan malamnya, artinya beliau mengisi malam-malam tersebut dengan memperbanyak berdzikir, melakukan shalat dan membaca al-Qur’an dan bentuk ibadah-ibadah lainnya. 3. Membangunkan istri beliau, dengan tujuan agar isteri-isterinya memperbanyak berdzikir, shalat, membaca al-Qur’an seperti yang beliau lakukan. Hal ini bertujuan agar isteri-isteri beliau mendapatkan berkah pada malam-malam tersebut. Meningkatkan ibadah lebih banyak dibandingkan hari-hari selainnya. Jika kita perhatikan hadis di atas, maka sungguh apa yang dilakukan Rasulullah SAW yang kemudian diteruskan oleh para isteri beliau dan para sahabat-sahabat sesudahnya, sangatlah berbalik dengan apa yang kita lakukan saat ini. Pada saat ini jika masuk awal ramadhan kita banyak melihat masjid-masjid dan mushalla-mushalla dipenuhi oleh jama’ah untuk melakukan shalat teraweh, tadarrus dan lain-lain, namun jika sudah memasuki akhir ramadhan jama’ah yang awalnya banyak sedikit-demi sedikit berkurang, shaf-shaf semakin maju karena semakin sedikitnya jama’ah, tadarus semakin tak ada peminatnya, orang lebih banyak pergi ke toko membeli pakaian untuk lebaran daripada shalat teraweh, orang lebih sibuk mengecat rumahnya daripada tadarrus, orang lebih sibuk mengurus dunia daripada akhirat, padahal 10 hari-hari terakhir itu merupakan hari-hari yang utama dibandingkan 20 hari sebelumnya. Jika Rasulullah SAW yang maksum (diampuni dosa-sanya) begitu giat melakukan ibadah pada 10 hari terakhir bulan ramadhan, maka marilah kita merenung sejenak, apakah kita yang tidak maksum (tidak terlepas dari dosa) patut sembrono tidak meningkatkan ibadah pada hari-hari tersebut, apakah kita tidak takut jika bulan ramadhan ini berlalu sementara dosa-dosa kita belum terampuni? maka jadilah kita orang-orang yang celaka. Kaum muslimin rahimakumullah, Akhirnya, marilah sisa-sisa hari akhir ramadhan ini kita gunakan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, kita banyak memohon ampun kepada Allah dengan harapan ketika bulan ramadhan ini lewat dosa-dosa kita benar-benar diampuni Allah SWT. Diantara do’a yang sangat dianjurkan rasulullah SAW untuk banyak dibaca pada bulan ramadhan adalah: اللهم إنا نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك من سختك والنار، اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّا. Semoga Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa kita, menerima semua amalan kita di bulan ramadhan, semoga Allah menyelamatkan kita dari api neraka. Amin Editor : Royo Eko Wardoyo

MAKNA GERAKAN SHOLAT

Sumedang. Sebagai rukun Islam, sholat bukan sekedar ibadah ritual berupa gerakan dan bacaan berurutan dari takbiratul ihram hingga salam. Lebih dari itu, sholat adalah wujud keintiman hamba dengan Allah SWT. Dengan kata lain sholat bukan hanya aktivitas lahiriyah yang diatur oleh Fikih, tetapi juga aktivitas ruhaniah yang kental dengan nuansa Tasawuf dan sarat dengan peristiwa simbolik.

Sholat adalah amalan seorang hamba yg dihisab di yaumul akhir.

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَاِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ. .... الحديث

Artinya: "Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamat dari amalnya adalah shalat. Jika shalatnya baik, sungguh ia beruntung dan sukses. Jika rusak shalatnya sungguh ia menjadi orang yang merugi." (HR Abu Dawud, An-Nasai dan At-Tirmidzi).

Setiap muslim wajib melaksanakan sholat 5 waktu. Kewajiban ini perlu dlakukan oleh semua umat muslim karena sholat adalah tiang agama. Dikatakan tiang Agama karena Islam tidak dapat ditegakkan kecuali dengan Shalat.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Pangkal atau pokok semua urusan adalah Islam, dan yang menjadi tiang atau penopang tegaknya Islam ialah Shalat fardhu lima waktu, sedangkan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah,” (HR.Bukhari dan Muslim). Setiap umat Islam yang meninggalkan ibadah sholat, berarti sudah meruntuhkan agama dan menghilangkan eksistensinya. Maka dari itu, sudah semestinya setiap muslim menunaikan ibadah sholat lima waktu. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadis riwayat An-Nafilah fii Ahhadits Adh-Dhoifah karya Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy, Rasulullah bersabda: اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنُ وَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ تَرَكَ الدِّيْنَ "Assholatu 'imaduddin Faman aqomaha waqod aqomaddin Faman tarokaha waqod hadamaddin". Artinya : “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkan shalat, maka berarti telah menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia telah merobohkan agamanya”. Seorang muslim tidak boleh melaksanakan sholat dengan sembarangan. Perlu pemahaman secara jelas mengenai sholat agar diterima oleh Allah SWT. Menurut Nasaruddin Umar, Sholat merupakan penghubung antara hamba dengan Rabb-nya, sebagai bukti tunduk dan patuh atas perintah dan larangan-Nya. Sedangkan makna filosofis gerakan salat adalah sebagai berikut : 1) Berdiri bermakna ketegaran seorang hamba sebagai manifestasi sifat Tuhan (qayyumiyyah al-Haq). Berdiri di atas kebenaran. وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ Terjemahan "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". 2) Takbiratul Ihram bermakna penyerahan diri. Ghufron Hasan dalam bukunya berjudul Aku Cermin Shalatku (2012:92), secara bahasa, takbiratul Ihram berarti takbir yang mengharamkan mushalli (orang yang shalat) untuk melakukan sesuatu yang sebelumnya halal dilakukan. Makan, minum, berbicara, dan semacamnya hukumnya halal sebelum shalat, tetapi ketika kita sudah takbiratul Ihram (shalat), hal-hal yang disebutkan itu menjadi haram dilakukan dan bisa membatalkan shalat. Secara filosofis, takbiratul Ihram ini bermakna mengharamkan detakan hati untuk berkelana ke alam materi dan lalai akan Allah. Dalam takbir, kita mengawali dengan mengangkat kedua tangan. Posisi tangan seperti ini biasanya kita lihat pada orang yang dalam keadaan menyerah, tunduk, atau pasrah. Gerakan ini memberikan sebuah gambaran filosofis kepada kita bahwa ketika kita hendak shalat kita awali semua aktivitas di dalamnya dengan kepasrahan, ketundukan, dan totalitas kepada Dzat yang memiliki kehidupan. Totalitas mengandung makna bahwa seluruh fokus mengalir ke satu titik tujuan, tidak terhalang oleh bayangan-bayangan materi yang mengalihkan perhatian kita dari Allah. Caranya adalah mematikan rasa dan indera dari getaran-getaran duniawi. 3) Bersedekap bermakna ketidakberdayaan. “Para ulama berkata bahwa hikmah dari sikap (bersedekapnya tangan) ini adalah sikap seorang hamba yang memohon (kepada Allah dengan memelas) lagi merendahkan diri. Dan sikap tangan seperti itu merupakan sikap yang paling menghalangi seseorang dari perbuatan sia-sia (dalam shalat) serta lebih dekat dengan kekhusyu’an. 4) Bacaan Al-Fatihah dan surah pendek adalah suatu teguran atau komunikasi antara seorang hamba dengan Allah SWT. 5) Ruku' bermakna tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya. makna ruku adalah seorang yang seakan-akan sedang melaksanakan sholat mengatakan, "akulah hamba-Mu dan sungguh aku telah menghamparkan tanganku kepadaMu." 6) I'tidal bermakna mengingatkan kembali agar kita bersikap rendah diri dan merasa lemah. Secara bahasa i’tidal bermakna menjadikan sesuatu lurus dan tegak. Dan secara istilah Iktidal merupakan bentuk gerakan bangkit dari ruku’ dan sujud dengan tegak dan lurus. I'tidal memiliki arti tegak lurus dengan beragam pemahaman, semisal : a. Tegak lurus bersikap sesuai dengan aturan. b. Tegak lurus berarti memiliki konsistensi bersikap. c. Tegak lurus juga berarti teguh pendirian dalam kebenaran. 7) Sujud bermakna sebagai perendahan diri seorang diri di hadapan Allah. Sujud merupakan wahana paling efesien untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Memang secara psiklogis, sujud memiliki nilai lebih dibandingkan dengan rukun shalat yang lain. Karena ketika sujud posisi seseorang benar-benar menunjukkan kerendahannya di hadapan Sang Khaliq. Bagaimana tidak, kepala yang menjadi bagian paling istimewa dalam tubuh manusia dan tempat bersemayamnya panca indera. Juga anggota tubuh yang paling dimuliakan oleh manusia, tiba-tiba diposisikan begitu rendahnya hingga rata dengan tanah, tempat kaki berpijak. 8) Tasyahhud bermakna sebagai bentuk kepasrahan. Tasyahud dalam sholat menyimpan rahasia yang agung karena bacaannya merupakan dialog antara Allah dan Rasul-Nya. Tasyahud atau Tahiyyat adalah salah satu rukun sholat. Setiap muslim wajib membaca lafaz Tahiyyat dengan benar dan merenungkan maknanya. Untuk diketahui, kalimat Tahiyat adalah percakapan Allah dengan kekasih-Nya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dalam kaidah fiqih sholat, orang yang keliru membaca Tasyahud dapat menyebabkan sholatnya tidak sah. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam Kitab Al-Majmu (3/441): "Tasyahud harus dibaca secara urut. Jika urutannya ditinggalkan, maka dinilai, jika hal itu dapat menyebabkan perubahan yang merusak makna, maka sholatnya tidak sah dan sholatnya batal jika dia sengaja. Karena itu berarti ucapan di luar sholat. Jika tidak merubah maknya, maka pendapat dalam mazhab adalah sholatnya sah. Dan inilah yang benar." Ulama kharismatik yang juga Zurriyah Nabi, Al-Habib Ali Al-Jufri dalam satu ceramahnya, menjelaskan rahasia dan makna bacaan Tasyahhud. "Ketika engkau sedang dalam duduk bertahiyyat. Perhatikanlah bacaannya, itu bukan bacaan sembarangan. Itu kalimat yang terlontar dalam peristiwa agung yaitu pertemuan antara Allah dan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam (saat Isra Mi'raj). Dengan mendalami maknanya, kamu akan terbimbing dalam kehidupan orang-orang sholeh," kata ulama yang bermukim di Uni Emirat Arab itu. Di saat Rasulullah berkata: التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ At-tahiyyaatu al-mubaarakaatu al-shalawaatu al-thoyyibaatu lillahi. Artinya : "Segala penghormatan yang diberkahi dan segala rahmat yang teramat luhur adalah milik Allah semata." Setelah Rasulullah mengatakan hal itu, Allah menyampaikan Salam kepada beliau: السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُه Assalaamu 'alaika Ayyuhannabiyyu wa Rahmatullahi wa barakaatuh Artinya : "Salam sejahtera semoga tercurah kepada mu, wahai Nabi Muhammad, semoga juga rahmat Allah dan berkah-Nya pun tercurah kepadamu wahai Nabi." Nabi pun menjawab: السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِين As-Salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillahi as-shoolihin. Artinya : "Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang sholeh." Habib Ali menjelaskan, perhatikanlah dalam keluhuran dan ketinggian derajatnya, beliau tak melupakan ummatnya, terutama orang-orang sholeh agar mereka merasakan kebahagiaan sebagaimana yang beliau rasakan. Allah mengabulkan doa Nabi dengan menyerahkan kunci pintu surga bagi Rasulullah dan semua orang beriman. Apakah kunci surga? Kunci untuk memasuki surga adalah dengan mengucap kalimat dua Syahadat dan bertakwa kepada Allah. 9) Salam bermakna kembali pada kesadaran Universal antara manusia, alam semesta dan Allah SWT.

Arti Zuhud, Dalil, dan Tingkatannya yg Perlu Dipahami Umat Islam

Pengertian Zuhud

Arti zuhud perlu dipahami seluruh umat Islam. Pasalnya, zuhud merupakan suatu istilah yang berkaitan dengan kehidupan dunia dan akhirat manusia. Orang yang bersikap zuhud lebih fokus pada kepentingan akhirat dari pada dunia. Setiap muslim tentunya harus memiliki sikap ini dalam menjalani kehidupan. Hal ini juga sesuai dengan teladan yang telah diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Arti zuhud adalah meninggalkan kemewahan di dunia, dan mengharapkan kebahagiaan di akhirat kelak.

Hal ini bukan berarti seorang muslim harus membenci harta dan menjalani hidup berkekurangan di dunia, namun tidak terlena terhadapnya. Arti zuhud adalah bersikap minimalis, dan tidak membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan.

Arti zuhud adalah upaya manusia mengalihkan perhatiannya jauh dari dunia.

Asal Kata Zuhud

Secara bahasa, zuhud berasal dari bahasa Arab yang artinya tidak ingin terhadap sesuatu atau meninggalkannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti zuhud adalah perihal meninggalkan keduniawian.

Sementara itu, dikutip dari buku Ensiklopedi Islam (1994), disebutkan bahwa arti zuhud adalah meninggalkan kemewahan duniawi dengan mengharap kebahagiaan akhirat untuk memperoleh rida Allah SWT. Seseorang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat atau surgawinya. Meski menurut beberapa pendapat juga menyebutkan, zuhud bukan berarti melupakan dunia.

Arti zuhud adalah praktik yang tak memerlukan harta kekayaan di dunia dan tak hidup dengan mencari harta kekayaan seperti manusia kebanyakan. Orang yang zuhud hanya mencari harta seperlunya, asal cukup untuk bertahan hidup di dunia. Bisa dikatakan, arti zuhud adalah keputusan melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja.

Dalil-Dalil Zuhud Dalam Al-Qur’an

1. Surat Al-Hadid ayat 23

Artinya: “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Tafsir Al-Mukhtashar:

Supaya kalian tidak bersedih atas dunia yang luput dari tangan kalian, kalian juga tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian dengan kebanggaan yang mengandung keangkuhan dan kesombongan. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan dunia yang dimilikinya, membanggakannya di depan orang lain. Orang-orang yang sombong itu adalah orang-orang yang kikir dengan harta mereka, mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, juga menyuruh orang-orang agar bersikap bakhil dengan menghiasinya bagi mereka. Barangsiapa berpaling dari ketaatan kepada Allah, ia tidak merugikan kecuali dirinya sendiri, dan sama sekali tidak merugikan Allah. Sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak membutuhkan mahklukNya, juga Maha Terpuji, Pemilik semua sifat yang baik dan sempurna, serta perbuatan baik yang berhak untuk dipuji karenanya.

2. Surat Shad ayat 17

Artinya: “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).”

Menurut Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia

Hai Rasulullah, bersabarlah atas perkataan mereka yang tidak ingin kamu dengar dan takut akan mendatangkan azab itu. Dan ingatlah hamba dan nabi Kami, Daud, orang yang memiliki kekuatan untuk menjalankan ketaatan Allah, dan memiliki kesabaran dan kekuatan dalam melawan musuh-musuh Allah; dia senantiasa bertaubat kepada Allah dan menuju apa yang Allah ridhai.

3. Surat Al-A’la Ayat 16

Artinya: “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.”

Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia: Akan tetapi orang-orang kafir tidak mempedulikan kemenangan itu; namun lebih menginginkan kehidupan dunia. Mereka jauh sekali dari usaha untuk meraih kemenangan, dan tidak menghiraukan kehidupan akhirat yang kekal. Jika disebutkan kehidupan akhirat kepada mereka maka mereka akan berpaling darinya, sungguh mereka telah berpaling dari hal yang lebih baik dan lebih kekal.

- Alquran Surat Al-A’la Ayat 17

Artinya: “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”

Tafsir Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah: Bersamaan dengan itu, Allah menjelaskan yang tidaklah mereka menjadi (hamba) yang berhasil kecuali mereka jadikan (keimanannya) memberikan dampak dari kelezatan-kelezatan fana yang berlalu begitu saja dengan cepat di dunia, dibandingkan dengan akhirat yang akan datang dan abadi; Mereka menjadikan apa yang menjadikannya berhasil dengan (meninggikan) keadaan hari akhirat yang mereka tidak banyak berpikir (ragu-ragu) yaitu dengan (balasan) mendapatkan surga yang lebih utama dibandingkan dunia.

Doa Rasulullah SAW

Ibnu ‘Umar pernah mendengar Rasulullah SAW melantunkan doa, “Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.” (HR.Tirmidzi, An Nasa’i, Al Hakim, dan Al Baghawi)

Arti Zuhud Menurut Para Ahli

Sejumlah ulama juga menyampaikan pendapatnya tentang makna zuhud, yaitu sebagai berikut:

- Imam Abu Sulaiman Ad-Darani. Arti zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan seseorang dari Allah SWT.

- Imam Junaidi. Arti zuhud adalah mengganggap kecil dunia dan menghapus pengaruhnya di hati.

- Wahib bin Ward. Arti zuhud adalah tidak merasa putus asa tatkala harta benda dunia terlepas dari genggaman dan tidak merasa senang ketika ada perkara dunia yang datang.

- Orang awam menganggap zuhud adalah meninggalkan keharaman.

- Orang istimewa (khawash) menganggap zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang halal sekalipun melebihi kebutuhannya.

- Orang sangat istimewa (al-‘arifin) mengganggap zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengganggunya untuk mengingat Allah SWT.

Faktor yang Memengaruhi Zuhud

Menurut Abdul Mun’im al-Hasyimi dalam bukunya “Akhlak Rasul” yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, ada lima faktor pemengaruh zuhud:

- Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.

- Menyadari bahwa kenikmatan di dunia bisa memalingkan hari dari mengingat Allah SWT.

- Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia saja sangat melelahkan.

- Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat, kecuali dzikir, belajar, mengajar, dan pekerjaan yang hanya ditujukan pada Allah SWT.

- Merasakan dunia dari sudut pandang hina dan godaan yang bisa membahayakan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

MARKUS, APAKAH ITU?



Sumedang - Media sosial saat ini dihebohkan dengan istilah 'Markus'. Istilah ini muncul dan menjadi trending topik pasca Menkopolhukam Mahfud MD menyebut ada Markus pada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang lampau.

Seperti dilansir Kompas.com, kata ini muncul ketika rapat kerja antara Komisi III DPR dengan Mahfud MD dan PPATK kemarin, Rabu 29 Maret 2023. Lantas apa yang dimaksud Markus?

Markus merupakan singkatan dari Makelar Kasus. Makelar Kasus merupakan seseorang yang mengintervensi proses penegakan hukum. Ismantoro Dwi Yuwono dalam bukunya Kisah Para Markus (2010) menulis bahwa markus dapat diartikan sebagai seorang perantara yang mengenal penjahat sekaligus memiliki hubungan dekat dengan penegak hukum.

Contoh Markus

Berbeda dengan proses intervensi lainnya, markus lebih cenderung terkenal dengan intervensi negatif. Seperti memenangkan klien dengan segala cara. Bisa dengan menitipkan agar penegak hukum memberi hukuman yang ringan atau menghilangkan kasus yang sedang diperkarakan.

Imbalannya si penegak hukum dan pihak lain yang terkait bisa menggunakan instrumen barang atau jasa, baik dalam bentuk uang tunai maupun janji, seperti promosi dan mutasi. Namun begitu meskipun dalam prakteknya sudah telanjur dipersepsikan jelek, markus tidak selalu membela yang salah, tetapi juga membela yang benar alias korban.

Contoh Kasus Markus

Kasus Markus di Sukabumi Pada tahun 2018, Polres Sukabumi Kota menangkap seorang makelar kasus yang mengaku bisa mengeluarkan tersangka dari tahanan di Mapolres Sukabumi. Dalam modusnya, pelaku meminta sejumlah uang kepada korban yang dalam hal ini keluarga atau kerabat dengan iming-iming bisa membebaskan seseorang yang terjerat kasus di Polres Sukabumi. Tersangka kemudian di jerat dengan Pasal 378 KUHP Pidana atau Pasal 372 tentang penipuan dan penggelapan ddengan ancaman selama 4 tahun penjara.

Kasus Markus di Bali

Pada tahun yang sama terjadi kasus serupa yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Bali. Jaksa menuntut dua orang terdakwa Wayan Gede Budiasa dan Muhammad Ridwan yang diduga menjadi makelar kasus dalam penyelesaian kasus hukum yang menimpa I Made Mahardika. Akibatnya terjadi kerugian sebesar Rp 6,83 miliar.

I Made Mahardika merupakan tersangka kasus pelanggaran Transaksi Elektronik (ITE). Ia diiming-imingi dapat bebas dari masa penahanan.

KULTUM RAMADHAN : HIKMAH DAN KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bismillaahirrahmaanirrahiim..

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ

Segala puji hanya kepada Allah Swt. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari akhir. Amma ba'du... Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Alhamdulillah, kita dapat berkumpul dalam majelis kultum yang insyaallah dirahmati Allah Swt. Pada kesempatan berbahagia ini, dai akan menyampaikan kultum bertajuk “Hikmah dan Keutamaan Puasa Ramadan.”

Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Umat Islam sebentar lagi akan memasuki salah satu bulan paling mulia yakni Ramadan. Rasulullah saw. mengatakan dalam sebuah hadis terkait keistimewaan bulan Ramadan, “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).

Bulan Ramadan tidak hanya berlimpah berkah. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam diturunkan pertama kali pada bulan ini.

Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185 terkait bulan Ramadan sebagai Syahrul Quran atau Bulan Al-Qur’an berikut:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Arab Latinnya: Syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyaṣum-h, wa mang kāna marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-'usra wa litukmilul-'iddata wa litukabbirullāha 'alā mā hadākum wa la'allakum tasykurụn.

Artinya: “Bulan Ramadan adalah [bulan] yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda [antara yang benar dan yang batil]. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan [dia tidak berpuasa], maka [wajib menggantinya], sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur,” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).

Hadirin muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Sebagaimana Surah Al-Baqarah ayat 185, umat Islam diwajibkan menjalankan puasa Ramadan di siang hari selama sebulan penuh. Puasa dapat dimaknai menahan lapar, dahaga, perbuatan setubuh, hingga segala perkara lain yang membatalkannya, mulai terbitnya fajar shadiq (waktu Subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu Magrib).

Hukum menjalankan ibadah puasa adalah wajib bagi umat Islam yang telah balig dan tidak memiliki uzur syar’i, perkara di luar kemampuan diri manusia yang menyebabkan syariat memberikan kemudahan (marfu) untuk meninggalkan kewajiban seperti puasa Ramadan. Kendati demikian, wajib hukumnya bagi orang yang meninggalkan puasa untuk mengqada di hari lain di luar bulan suci tersebut sebelum datang Ramadhan berikutnya.

Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Berbeda dengan amalan Islam lainnya, puasa memiliki salah satu keutamaan istimewa yakni pahalanya diganjar langsung Allah Swt. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenai hal tersebut dalam hadis qudsi sebagai berikut:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ

Arab Latinnya: Kullu amalibni aadama yudha'aful hasanatu 'asyru amtsalihaa ilaa sab'imiati dhi'fin. Qalallahu 'azza wajalla: Illasshauma fainnahu lii wa anaa ajzii bihii.

Artinya: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman [yang artinya]: Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya,” (HR. Muslim).

Di sisi lain, puasa memiliki banyak hikmah dalam pelaksanaannya. Pertama, puasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Tuhan sekalian alam Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Arab Latinnya: Yā ayyuhal-lażīna āmanū kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a).

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Hikmah kedua pelaksanaan puasa adalah menahan hawa nafsu. Rasulullah saw. dalam sebuah hadis bahkan menyuruh para pemuda untuk menjalankan ibadah ini apabila belum mampu menikah sebagai berikut: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah! Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya,” (HR. Ahmad dan Bukhari).

Hikmah lain puasa Ramadan adalah menyehatkan tubuh dan meningkatkan kinerja organ pencernaan. Selain itu, puasa mengajarkan kepada umat Islam untuk merasakan lapar dan kekurangan makanan seperti para fakir dan miskin. Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Demikianlah kultum yang dapat dai sampaikan. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik, dan dapat menjalankan amalan puasa Ramadan 2023 selama sebulan penuh. Semoga Allah Swt. rida dengan amalan yang kita perbuat. Aamiin allahumma aamiin.

JADWAL IMSAKIYAH PUASA RAMADHAN 1444 H/2023 M

Ini 9 Perintah Berdakwah dalam Al-Quran

Dalam Agama Islam, dakwah merupakan salah satu perintah Allah SWT yang artinya mengajak seseorang menuju pada kebaikan. Tidak heran ada banyak perintah dalam Al-Quran yang begitu jelas. Makna lainnya adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan keyakinan ataupun syariat Islam yang terlebih dahulu diyakini oleh pendakwah itu sendiri.

Terkait hal ini, Al-Quran cukup banyak menyinggung masalah dakwah dalam beberapa ayat, Dikutip dari halaman Mutiaraislam berikut beberapa ayat Al-Quran tentang perintah berdakwah.

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S Al-Jin: 22-23

قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا * إِلَّا بَلَاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالَاتِهِ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya. (22) (Aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia akan mendapat azab neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (23)

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S As-Sajdah: 23-24

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَلَا تَكُنْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَائِهِ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ * وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya : "Dan sungguh telah Kami anugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa, maka janganlah engkau (Muhammad) ragu-ragu untuk menerimanya (Al-Qur’an) dan Kami jadikan Kitab (Taurat) itu sebagai petunjuk bagi Bani Israil. (23) Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Dan mereka itu meyakini ayat-ayat Kami. (24)”

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S Al-Ahzab: 45-46

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا * وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا

Artonya : "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, (45) dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah atas izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi". (46)

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S Fusshilat: 33

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Artinya : “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”?

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S As-Syura: 15

فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

Artinya :“Karena itu, serulah (mereka untuk beriman) dan beristiqamahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami dan bagi kamu amalan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita, dan kepada-Nya lah (kita) kembali.”

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S Al-Ahqaf: 29

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ

Artinya : “Dan ingatlah ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) sekelompok jin yang mendengarkan Al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)!”. Maka ketika telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.”

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S Adz-Dzariyat: 55

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya : “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.”

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S At-Thur: 29

فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَتِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلَا مَجْنُونٍ

Artinya : “Maka tetaplah memberi peringatan, karena dengan nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula orang gila.”

Perintah Berdakwah dalam Al-Quran: Q.S At-Tahrim: 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah para malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan.”