Pengertian Zuhud
Arti zuhud perlu dipahami seluruh umat Islam. Pasalnya, zuhud merupakan suatu istilah yang berkaitan dengan kehidupan dunia dan akhirat manusia. Orang yang bersikap zuhud lebih fokus pada kepentingan akhirat dari pada dunia. Setiap muslim tentunya harus memiliki sikap ini dalam menjalani kehidupan. Hal ini juga sesuai dengan teladan yang telah diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Arti zuhud adalah meninggalkan kemewahan di dunia, dan mengharapkan kebahagiaan di akhirat kelak.
Hal ini bukan berarti seorang muslim harus membenci harta dan menjalani hidup berkekurangan di dunia, namun tidak terlena terhadapnya. Arti zuhud adalah bersikap minimalis, dan tidak membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan.
Arti zuhud adalah upaya manusia mengalihkan perhatiannya jauh dari dunia.
Asal Kata Zuhud
Secara bahasa, zuhud berasal dari bahasa Arab yang artinya tidak ingin terhadap sesuatu atau meninggalkannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti zuhud adalah perihal meninggalkan keduniawian.
Sementara itu, dikutip dari buku Ensiklopedi Islam (1994), disebutkan bahwa arti zuhud adalah meninggalkan kemewahan duniawi dengan mengharap kebahagiaan akhirat untuk memperoleh rida Allah SWT. Seseorang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat atau surgawinya. Meski menurut beberapa pendapat juga menyebutkan, zuhud bukan berarti melupakan dunia.
Arti zuhud adalah praktik yang tak memerlukan harta kekayaan di dunia dan tak hidup dengan mencari harta kekayaan seperti manusia kebanyakan. Orang yang zuhud hanya mencari harta seperlunya, asal cukup untuk bertahan hidup di dunia. Bisa dikatakan, arti zuhud adalah keputusan melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja.
Dalil-Dalil Zuhud Dalam Al-Qur’an
1. Surat Al-Hadid ayat 23
Artinya: “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Tafsir Al-Mukhtashar:
Supaya kalian tidak bersedih atas dunia yang luput dari tangan kalian, kalian juga tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian dengan kebanggaan yang mengandung keangkuhan dan kesombongan. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan dunia yang dimilikinya, membanggakannya di depan orang lain. Orang-orang yang sombong itu adalah orang-orang yang kikir dengan harta mereka, mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, juga menyuruh orang-orang agar bersikap bakhil dengan menghiasinya bagi mereka. Barangsiapa berpaling dari ketaatan kepada Allah, ia tidak merugikan kecuali dirinya sendiri, dan sama sekali tidak merugikan Allah. Sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak membutuhkan mahklukNya, juga Maha Terpuji, Pemilik semua sifat yang baik dan sempurna, serta perbuatan baik yang berhak untuk dipuji karenanya.
2. Surat Shad ayat 17
Artinya: “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).”
Menurut Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia
Hai Rasulullah, bersabarlah atas perkataan mereka yang tidak ingin kamu dengar dan takut akan mendatangkan azab itu. Dan ingatlah hamba dan nabi Kami, Daud, orang yang memiliki kekuatan untuk menjalankan ketaatan Allah, dan memiliki kesabaran dan kekuatan dalam melawan musuh-musuh Allah; dia senantiasa bertaubat kepada Allah dan menuju apa yang Allah ridhai.
3. Surat Al-A’la Ayat 16
Artinya: “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.”
Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia: Akan tetapi orang-orang kafir tidak mempedulikan kemenangan itu; namun lebih menginginkan kehidupan dunia. Mereka jauh sekali dari usaha untuk meraih kemenangan, dan tidak menghiraukan kehidupan akhirat yang kekal. Jika disebutkan kehidupan akhirat kepada mereka maka mereka akan berpaling darinya, sungguh mereka telah berpaling dari hal yang lebih baik dan lebih kekal.
- Alquran Surat Al-A’la Ayat 17
Artinya: “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”
Tafsir Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah: Bersamaan dengan itu, Allah menjelaskan yang tidaklah mereka menjadi (hamba) yang berhasil kecuali mereka jadikan (keimanannya) memberikan dampak dari kelezatan-kelezatan fana yang berlalu begitu saja dengan cepat di dunia, dibandingkan dengan akhirat yang akan datang dan abadi; Mereka menjadikan apa yang menjadikannya berhasil dengan (meninggikan) keadaan hari akhirat yang mereka tidak banyak berpikir (ragu-ragu) yaitu dengan (balasan) mendapatkan surga yang lebih utama dibandingkan dunia.
Doa Rasulullah SAW
Ibnu ‘Umar pernah mendengar Rasulullah SAW melantunkan doa, “Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.” (HR.Tirmidzi, An Nasa’i, Al Hakim, dan Al Baghawi)
Arti Zuhud Menurut Para Ahli
Sejumlah ulama juga menyampaikan pendapatnya tentang makna zuhud, yaitu sebagai berikut:
- Imam Abu Sulaiman Ad-Darani. Arti zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan seseorang dari Allah SWT.
- Imam Junaidi. Arti zuhud adalah mengganggap kecil dunia dan menghapus pengaruhnya di hati.
- Wahib bin Ward. Arti zuhud adalah tidak merasa putus asa tatkala harta benda dunia terlepas dari genggaman dan tidak merasa senang ketika ada perkara dunia yang datang.
- Orang awam menganggap zuhud adalah meninggalkan keharaman.
- Orang istimewa (khawash) menganggap zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang halal sekalipun melebihi kebutuhannya.
- Orang sangat istimewa (al-‘arifin) mengganggap zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengganggunya untuk mengingat Allah SWT.
Faktor yang Memengaruhi Zuhud
Menurut Abdul Mun’im al-Hasyimi dalam bukunya “Akhlak Rasul” yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, ada lima faktor pemengaruh zuhud:
- Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.
- Menyadari bahwa kenikmatan di dunia bisa memalingkan hari dari mengingat Allah SWT.
- Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia saja sangat melelahkan.
- Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat, kecuali dzikir, belajar, mengajar, dan pekerjaan yang hanya ditujukan pada Allah SWT.
- Merasakan dunia dari sudut pandang hina dan godaan yang bisa membahayakan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
0 comments:
Posting Komentar