KHUTBAH DALAM RANGKA KEMERDEKAAN RI
KE-78
Disampaikan Oleh : Royo Eko Wardoyo, S.Pd
Khutbah I
االسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat
yang dirahmati Allah
Pertama-tama, marilah kita ucapkan syukur Alhamdulillah, karena pada
hari ini, kita masih bisa terus merasakan nikmat yang dianugerahkan Allah SWT
kepada kita semua. Di antaranya adalah nikmat iman, kesehatan, dan kemerdekaan
sehingga kita bisa dengan tenang melangkahkan kaki menuju majelis ini untuk
menjalankan tugas utama kita, hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah. Hal
ini akan sulit untuk dilakukan jika kita berada dalam kondisi peperangan alias
tidak merdeka serta masih berada dalam kungkungan penjajah.
Kedua,
Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan mudah-mudahan kita mendapatkan syafa’at
beliau di Yaumul Akhir nanti. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat
kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa
berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa
ta'ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa
pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap
kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta'ala.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat
yang dirahmati Allah
Semua nikmat ini tidak boleh sedikitpun kita kufuri. Jika
kita kufur nikmat, maka kita termasuk golongan orang-orang yang tak tahu
bersyukur dan akan mendapatkan siksa yang pedih atas keangkuhan ini. Sungguh,
tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang pantas sombong dan membanggakan
diri sehingga lupa bersyukur dan mendustakan nikmat-nikmat yang dikaruniakan
Allah swt.
Kita telah diingatkan oleh Allah melalui firman-Nya yang
tertuang dalam Al-Qur’an surat Ar-rahman, dengan kalimat yang diulang-ulang
sebanyak 31 kali. Sebuah kalimat introspektif dan mengingatkan
manusia untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur yakni:
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Artinya: “Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang
kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?” (QS Arrahman: 13)
Untuk menguatkan rasa syukur ini,
ketakwaan harus kita perkuat untuk menjadi rambu-rambu dalam mengarungi
kehidupan. Dengan ketakwaan, berupa menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya, maka kita akan senantiasa mendapat petunjuk dari Allah
untuk perjalanan kehidupan yang lebih terarah. Mari kita perkuat dan
pertahankan ketakwaan serta keislaman kita sekaligus menguatkan komitmen untuk
kembali kepada-Nya dalam kondisi takwa dan Islam.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ
تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS Al Imran: 102).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat
yang dirahmati Allah
Saat ini kita berada di bulan Agustus yang menjadi bulan
istimewa bagi bangsa Indonesia. Di bulan inilah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian dijadikan sebagai
momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita perlu menyadari
bahwa generasi kita yang hidup saat ini sebagian besar merupakan generasi yang
tidak merasakan secara langsung bagaimana pedihnya perjuangan untuk merebut
kemerdekaan. Kita adalah generasi yang tinggal meneruskan melalui karya-karya
positif untuk mengisi kemerdekaan. Karunia kemerdekaan yang diperjuangkan
dengan tetes darah dan nyawa para pejuang adalah sebuah warisan yang wajib kita
pertahankan. Jangan sampai warisan agung kemerdekaan ini hilang karena ulah
kita sendiri yang tak tahu bersyukur dan berterimakasih.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ
لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya
azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim: 7)
Oleh karena itu, di antara cara
bersyukur atas anugerah kemerdekaan ini adalah dengan menghargai, mempelajari,
dan mengambil hikmah sejarah perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan
jiwa dan raga untuk kemerdekaan yang sekarang kita nikmati ini. Hal ini bisa
dilakukan dengan membaca berbagai literatur-literatur sejarah dan juga
bersilaturahim kepada orang-orang tua yang masih hidup, yang mengalami secara
langsung masa perjuangan kemerdekaan. Selain itu, kita bisa meningkatkan rasa
syukur dengan melakukan ziarah ke makam orang tua dan para pejuang yang telah
wafat dan mendoakan agar segala amal ibadah dan perjuangannya diterima Allah
swt. Rasulullah bersabda:
مَنْ دَعَا لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ
الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
Artinya: “Siapa
saja yang mendoakan saudaranya secara ghaib, malaikat yang diutus untuknya
mengaminkan doanya, ‘Amin,
untukmu pun demikian.’’ (HR Muslim)
Selain dengan tidak melupakan
sejarah kemerdekaan, untuk memotivasi kita lebih baik ke depan, kita bisa
bersyukur atas karunia kemerdekaan ini melalui komitmen mengisinya dengan
hal-hal yang positif sesuai dengan posisi dan profesi masing-masing. Mengisi
kemerdekaan bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja. Kita sebagai warga
negara yang baik juga berkewajiban mengisi kemerdekaan dengan kemampuan dan
potensi yang kita miliki.
Para petani mengisi kemerdekaan
dengan terus berjuang di bidang pertanian sehingga mampu memperkuat ketahanan
pangan. Para guru dengan terus mendidik para pelajar untuk menjadi insan
berbudi pekerti luhur yang mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan
bangsa. Para pelajar dengan terus mencari ilmu sebagai bekal untuk menghadapi
masa depan yang penuh dengan tantangan. Dan profesi-profesi lainnya harus mampu
memberi sumbangsih positif untuk mengisi kemerdekaan sehingga Indonesia akan
berubah ke arah yang lebih baik lagi.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى
يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”. (QS Ar-Ra’du: 11)
Perbedaan keragaman profesi dan
status terlebih kebhinekaan dalam suku, bahasa, dan agama di Indonesia ini
tidak boleh menjadi penghalang untuk mengisi kemerdekaan. Justru sebaliknya,
perbedaan yang ada ini adalah karunia dari Allah dan sebuah potensi besar yang
bisa menjadi sumbangsih dalam melanjutkan dan merawat kemerdekaan. Oleh karena
itu kebersamaan, persatuan, dan kesatuan harus dikedepankan dan meninggalkan
perpecahan. Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا
تَفَرَّقُوْا ۖ
Artinya: “Berpegangteguhlah
kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai,” (QS Al-Imran: 103)
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Demikian beberapa wujud syukur
yang bisa kita lakukan dalam mensyukuri kemerdekaan yang telah menghantarkan
kita tenang dan aman dalam menjalankan misi utama kita hidup di dunia yakni
beribadah kepada Allah swt. Dengan senantiasa ingat pada sejarah, mengisi
kemerdekaan dengan hal positif, dan menjaga persatuan, mudah-mudahan kita mampu
merawat kemerdekaan ini dan mampu terus kita wariskan kepada generasi
selanjutnya sampai hari kiamat nanti. Amin.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ
الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ
وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ
مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ،
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
0 comments:
Posting Komentar