Sumedang - Pemain top dunia dari Portugal, Cristiano Ronaldo mengharamkan untuk bermain di Eropa pada sisa kariernya. Alasannya sepele, pemain berusia 38 tahun itu sudah merasa nyaman bermain di Liga Profesional Saudi bersama Al-Nassr . "Saya tidak akan kembali ke sepak bola Eropa, pintunya benar-benar tertutup," singkat Ronaldo dikutip dari akun Twitter Fabrizio Romano (@FabrizioRomano), Selasa (18/7/2023). Ronaldo menambahkan dari lima liga top Eropa, hanya Liga Inggris yang dinilainya masih kompetitif. Sisanya, sudah mengalami banyak penurunan kualitas.
Penilaian itu mungkin merujuk dari banyaknya pemain top Eropa yang mulai merumput di Arab Saudi. Maklum saja, Liga Profesional Saudi saat ini menjadi primadona destinasi berikutnya untuk pemain bintang lantaran mereka mendapatkan bayaran yang tinggi. "Saya berusia 38 tahun, juga sepak bola Eropa telah kehilangan banyak kualitas, hanya satu yang valid adalah Liga Inggris, mereka jauh di depan semua liga lainnya," papar Ronaldo.
Meskipun usia Ronaldo sudah tak muda lagi, namun ia mampu mengguncang penggemar di Liga Profesional Saudi musim lalu dengan menyumbangkan 14 gol dan dua assist dari 19 pertandingan di semua kompetisi. Berkat kontribusinya itu, Al-Nassr berhasil menempati posisi runner up.
Alasan Cristiano Ronaldo Bermain Di Liga Profesional Saudi
Setelah berusaha mencari klub baru di kawasan elite Eropa, Cristiano Ronaldo akhirnya memutuskan menerima tawaran Al-Nassr dan merumput di Arab Saudi. Tidak tanggung-tanggung, selain kontrak berdurasi dua setengah musim yang jelas terlihat panjang untuk pemain berusia 38 tahun seperti CR7, paket gaji besar juga ia dapatkan. Laporan dari berbagai sumber termasuk jurnalis kenamaan asal Italia, Fabrizio Romano, mengklaim jika Al-Nassr setuju untuk menggaji Ronaldo nyaris 200 juta Euro per tahun. Jika dikonversi ke Rupiah maka upah penyerang Portugal itu setara dengan 3,3 triliun dan menjadikannya pemain sepakbola paling tajir sejagad dalam urusan gaji. Hanya saja banyak yang menyayangkan langkah Cristiano Ronaldo hijrah ke Al-Nassr mengingat sang pemain sempat umbar ambisi ingin mengakhiri karier di level tertinggi alias Eropa. Di bawah ini adalah beberapa alasan Cristiano Ronaldo Bermain Di Liga Profesional Saudi :
1. Usia Tua
Secara fisik, memang Cristiano Ronaldo sangat unggul bila dibandingkan dengan pemain pro yang masih merumput di usia 38 tahun namun tidak serta merta membuatnya tetap laku di pasaran. Sebugar apapun eks Real Madrid itu, tidak ada yang bisa menjamin jika ia masih punya waktu lama di sepakbola. Sudah sangat jarang ada klub Eropa yang merekrut pemain hanya untuk proyek jangka pendek. Jikapun ada maka usianya mungkin masih berkisar di paruh pertama kepala tiga. Tidak heran jika tim-tim Eropa terutama yang bermain di Liga Champions susul menyusul mengumumkan mereka tidak tertarik dengan Ronaldo meski ditawarkan oleh agen. Contohnya Eintracht Frankfurt.
2. Gaji Besar
Dengan status sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah ada dalam sejarah sepakbola, maka wajar jika Cristiano Ronaldo selalu meminta gaji besar dimanapun ia bermain. Bahkan ketika usianya sudah sesenja ini. Sebelum ke Al-Nassr, ia bahkan sudah menerima bayaran luar biasa mahal bersama Manchester United. Data dari Capology menunjukkan jika pria kelahiran Madeira, Portugal, tersebut meraup lebih dari 500.000 Pounds tiap pekan dari The Red Devils. Ada yang beranggapan jika mendatangkan Ronaldo akan selalu membawa untung berkat penjualan merchandise, sponsor, dan lain sebagainya meski anggaran gaji harus membengkak. Namun tentu saja tidak semua klub punya modal awal yang cukup untuk mengeksekusi deal tersebut. Bahkan di level elite Eropa sekalipun seperti Prancis, Spanyol, Inggris, Jerman, dan Italia.
3. Harus Selalu Dimainkan
Salah satu alasan Cristiano Ronaldo mau memutus kontraknya yang masih tersisa enam bulan lagi dengan Manchester United (MU) adalah karena Setan Merah tidak lagi menganggapnya sebagai pemain inti. Padahal level produktivitasnya tidak lagi sama. Dari sepuluh penampilan terakhirnya di Liga Inggris, bekas bintang Juventus tersebut hanya menyarangkan satu gol. Namun Ronaldo tidak peduli. Ia masih melihat dirinya sebagai menara utama tim meski kenyataannya tidak lagi demikian. Jika harus terus memainkan Ronaldo apapun situasinya, maka jelas banyak klub Eropa yang akan mundur. Tidak ada yang menjamin jika sang pemain sudah pasti cocok dengan skema mereka. Apabila ada pemain yang diistimewakan dengan terus mendapat menit bermain meski tampil di bawah standar, maka kecemburuan akan tumbuh di ruang ganti cepat atau lambat.
4. Profesionalisme Dipertanyakan
Sepanjang kariernya Cristiano Ronaldo selalu lekat dengan imej profesional. Ia adalah atlet kompetitif yang siap mati-matian demi sukses tim termasuk berganti posisi dari winger menjadi striker saat masih membela Real Madrid di 2016/2017. Hanya saja hal itu tidak terlihat di musim ini bersama Manchester United. Tindak indisipliner pertama yang CR7 pamerkan adalah dengan mangkir dari pramusim dengan tujuan agar cepat dilepas.
Setelah tidak ada tim yang mau menampungnya, United dan manajer Erik ten Hag pun siap menerima sang superstar kembali namun kebaikan tersebut tidak dibalas secara semestinya. Ronaldo terus berulah. Seperti saat meninggalkan rekan-rekannya di Old Trafford saat laga belum usai sampai puncaknya melakukan wawancara kontroversial yang menjelek-jelekkan klub termasuk Ten Hag. Bila Manchester United yang sudah membesakan namanya saja bisa Ronaldo hinakan, maka jelas klub yang semula mempertimbangkan untuk merekrutnya memilih untuk mundur.
5. Sama Saja dengan Bom Waktu
Masih menyangkut dengan profesionalitas, mendatangkan Cristiano Ronaldo saat ini memang lebih banyak bahayanya ketimbang manfaat bagi klub Eropa yang berorientasi sukses dan bukannya marketing seperti Al-Nassr. Berkaca dari apa yang dialami Manchester United, klub-klub Liga Champions sebaiknya tidak mengambil resiko untuk merekrut ayah dari Cristiano Ronaldo Junior tersebut.
0 comments:
Posting Komentar