Bandung -
Wilayah di Jawa Barat, khususnya di zona Bandung Raya, umumnya merupakan daerah yang didominasi perbukitan maupun pegunungan. Sehingga, alam Jawa Barat banyak menyuguhkan pemandangan alami yang dipercantik hamparan sawah hingga perkebunannya yang begitu luas. Namun di sebuah dusun kecil di Kabupaten Sumedang, terdapat fenomena yang berlawanan dengan kondisi alam di sana. Di tengah hamparan luas, bermunculan mata air dengan rasa asin layaknya sebuah daratan yang lokasinya dekat kawasan pesisir.
Fenomena alam unik itu terjadi di Blok Ciseupan atau antara Desa Ciuyah dan Desa Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang. Di sana terdapat sumber mata air yang memiliki kandungan dengan rasa asin cukup pekat. Tak hanya itu, dari dasar mata air itu tampak mengeluarkan gelembung-gelembung udara. Salah satu lokasi mata air itu bisa ditemukan di area pesawahan milik warga bernama Uka (68). Ia mengaku menemukan mata air itu 10 tahun lalu dan sekarang sudah ia gali hingga menjadi seperti kolam. Uka menjadi semakin penasaran dengan keberadaan mata air tersebut. Selain mengeluarkan gelembung, di bawah mata airnya juga terdapat lumpur. Uka juga tidak mengerti bagaimana mata air ini rasanya bisa menjadi asin. Ia hanya mendapat cerita rasa asin yang terkandung di dalamnya tidak terlepas dari asal usul nama sebuah dusun yang tidak lain adalah Dusun Ciuyah (dalam bahasa Sunda Ci yang berarti kependekan dari cai atau air dan uyah yang berarti garam). "Jadi di sini itu dulunya memang sudah ada Dusun Ciuyah. Kalau sekarang Dusun Ciuyah itu sebagian wilayahnya ada yang masuk ke Desa Cisarua, Kecamatan Cisarua. Tapi kalau kenapa air di sini itu rasanya asin, emak juga tidak tahu," ucapnya.
Tak hanya di kalangan warga, Kepala Desa Ciuyah Suharja tidak memahami kenapa mata air itu memiliki kandungan air yang rasanya asin. Meski dulu sempat ada penelitian dari tim Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membawa sampel airnya, namun hingga kini belum ada kabar lanjutannya. "Dulu pernah datang ke sini dari ITB dan mengambil sampel air itu tapi hingga kini belum tahu hasilnya seperti apa," terangnya. Menurutnya, rasa asin yang terkandung di dalam mata air itu kemungkinannya dipengaruhi keberadaan Gunung Tampomas yang jaraknya tidak begitu jauh. Bukan hanya itu, mata air ini konon keberadaannya tidak pernah surut meski memasuki musim kemarau "Kayaknya mungkin karena keberadaan Gunung Tampomas, sebab gunung itu kan biasanya ada yang mengeluarkan air belerang panas, nah kalau ke sini mungkin sisa-sisanya yang menghasilkan air asin," paparnya.
Namun terlepas dari itu, kata dia, rasa asin yang terkandung di dalam sumber mata air masih menjadi misteri hingga kini. "Jadi sepertinya, lokasi mata air itu mah kayanya merupakan situs sejarah Sumedang yang belum ke buka," ujarnya.
Penjelasan Badan Geologi
Teka-teki mata air asin di Sumedang itu pun lalu dijelaskan Penyelidik Bumi Muda di Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Budi Joko Purnomo. Menurutnya,, fenomena tersebut bagi para geolog merupakan fenomena biasa. Mata air seperti itu, sambung dia, banyak ditemui di daratan pulau Jawa sepeti di Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Tapi bagi Budi, mata air di Sumedang itu punya keistimewaan tersendiri. Sebab, dia muncul dari permukaan tanah yang dangkal. Sementara di daerah lain, biasanya berada pada kedalaman puluhan hingga ratusan meter di bawah tanah. "Uniknya itu saja sih, kalau di daerah lain itu biasa ditemukan dari kedalaman beberapa puluh atau ratus, meter tapi di Ciuyah Sumedang ini, kalau baca di berita, bahkan ada rembesan-rembesannya yang muncul ke permukaan," terangnya.
Budi menjelaskan secara ilmiah terkait fenomena kemunculan mata air asin tersebut. Menurutnya kawasan yang memunculkan mata air asin ada kemungkinan dulunya merupakan kawasan lautan pada saat puluhan atau jutaan tahun lalu. Fenomena ini terjadi akibat adanya kemungkinan kawasan lautan purba di sana terjebak komposisi tanah yang sudah menjadi daratan. Lambat laun, air yang mengendap kemudian muncul yang awalnya masih tersimpan di lapisan bebatuan. "Nah dalam kondisi ini, kemungkinan telah terjadi adanya rekahan pada lapisan batuan itu, sehingga rembesan airnya muncul ke permukaan tanah kemudian membentuklah jadi mata air asin," terang Budi menambahkan. Ia pun mencontohkan keberadaan mata air asin di sekitaran Candi Borobudur, Jawa Tengah. Di sana dulunya kemungkinan merupakan kawasan danau atau rawa.
"Di sana juga dulunya mengalami proses penguapan yang intens sehingga airnya jadi agak asin, lalu lambat laun semakin terendapkan menjadi sedimen-sedimen hingga tertutup oleh lapisan tanah seperti sekarang dan pada saat dilakukan pengeboran lebih dari 50 meter saat sekarang, itu akan keluar air sedikit asin," paparnya. Selain itu, ia menegaskan keberadaan mata air asin di Desa Cisuyah, Sumedang tidak ada kaitannya dengan keberadaan Gunung Tampomas. Begitu juga dengan keberadaan pepohonan di sana. "Jadi itu tidak ada kaitannya dengan Gunung Tampomas, itu berbeda sistem," ujarnya. "Terus itu juga bukan disebabkan karena ada pepohonan di sana, sebab sistem ini terbentuknya sudah puluhan atau jutaan tahun lalu, sudah lama sekali," terang Budi menambahkan.
Hasil Pengecekan
Budi dan timnya lalu mengecek keberadaan mata air asin tersebut. Hasil pengecekan didapati bahwa mata air asin tersebut disarankan tidak dikonsumsi (diminum). Menurutnya mata air asin yang muncul di Desa Ciuyah berada di lahan persawahan dengan tipe terasering. Sementara debit mata air yang keluar terbilang kecil atau kurang dari setengah liter per detik, dengan tingkat kadar garamnya terbilang cukup tinggi. Budi pun menyarankan mata air asin di Desa Ciuyah sebaiknya tidak untuk dikonsumsi, terlebih dikonsumsi secara kontinyu. "Harusnya tidak ya (tidak dikonsumsi), ini sekarang kita baru melihat tingkat kegaramannya, itu asin sekali, tinggi sekali, jadi itu bisa berbahaya pada ginjal, apalagi dikonsumsi dalam jangka waktu lama, jadi sebaiknya jangan," terangnya.
Untuk lebih memastikan kandungan dari mata air asin tersebut, Tim dari Badan Geologi pun mengambil sampel air yang akan diperiksakan di laboratorium. "Air ini kami ambil sampelnya untuk diuji di laboratorium Badan Geologi Kementerian ESDM, untuk mengetahui kandungan mineral, kandungan isotop dan kandungan lainnya," ucapnya.
Baca artikel detikjabar, "Selimut Misteri Mata Air Asin di Sumedang"
selengkapnya https://www.detik.com/jabar/berita/d-6528718/selimut-misteri-mata-air-asin-di-sumedang.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
0 comments:
Posting Komentar